You are currently viewing Sering Marah-Marah merupakan Tanda Gejala Hipertensi?

Sering Marah-Marah merupakan Tanda Gejala Hipertensi?

Seringkali kita mendengar bahwa kebiasaan seseorang yang sering marah di anggap akan menyebabkan hipertensi atau tekanan darah tinggi. Apakah hal tersebut benar dan dapat dijelaskan secara ilmiah? Berikut kita akan membahas topik tersebut dari beberapa tinjauan.1

Hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut definisi yang disepakati oleh para klinisi berdasarkan JNC 8 adalah apabila tekanan darah seseorang berada > 135/85 mmHg. Tekanan darah yang terukur secara sederhana merupakan tahanan pembuluh darah yang harus dilewati untuk jantung dapat mengalirkan / memompakan darah ke seluruh tubuh (tekanan darah sistolik) dan tekanan dari dinding pembuluh darah untuk dapat mengalirkan Kembali darah menuju jantung (tekanan darah diastolik). Adapun faktor-faktor yang berkontribusi terhadap tekanan darah terukur antara lain adalah1:

  1. Keluaran jantung (cardiac output)
  2. Resistensi vascular sistemik
  3. Kekakuan pembuluh darah. Komponen ini dipengaruhi oleh keadaan emosi, aktivitas dan kondisi kesehatan.

Secara sederhana tekanan darah diatur oleh baroreseptor yang ada di dinding pembuluh darah oleh system saraf pusat melalui pengaturan sistem saraf dan hormon.2

Stres dapat mengakibatkan hipertensi melalui stimulasi sistem saraf yang berulang, sehingga mengakibatkan peningkatan ekskresi hormon katekolamin yang bersifat vasokonstriktor. Oleh karena itu, kebiasaan marah, atau peningkatan stress maupun emosi akan berkontribusi pada peningkatan tekanan darah namun tidak secara langsung menjadi faktor tunggal penyebab hipertensi.2

Referensi

  1. Does psychosocial stress cause hypertension? A systematic review of observational studies. August 2008 Journal of Human Hypertension 23 (1):12-9. DOI:10.1038/jhh.2008.74
  2. Burroughs Pena MS, Mbassa RS, Slopen NB, Williams DR, Buring JE, Albert MA. Cumulative psychosocial stress and ideal cardiovascular health in older women. Circulation. 2019; 139:2012–2021.

dr. Herenda Medishita, SpJP, FIHA

Rumah Sakit Mayapada, Tangerang, Banten